Animasi dan Film Animasi 3D
1. Sejarah Animasi
Animasi merupakan sutu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam duniafilm dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film, maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi clan wujud baru di dalam film live clan animasi.Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua konvensi atau disiplin, yaitu film clan gambar. Untuk dapat mengerti clan memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti. Film, biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikandimensinya, clan karena sifat hiburannya, film telah diterima sebagaisalah satu media audio visual yang paling popular dan digemari. Karena itu juga dianggap sebagai media yang paling efektif. Untuk dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harusdihadapi, yaitu masalah teknis film clan masalah teknik mengemukakan sesuatu denga film atau biasa disebut teknik presentasi. Demikian juga dengan hal yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalahteknik animasi, dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu denganteknik animasi. Sering perkataan teknik berkomunikasi lebih akrabdikatakan seni berkomunikasi.Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun verbal atau teateral. Bagi seorang perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting dimengerti. Seorang pembuat film akan mengahadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat film. Semua hal yang tertulis di dalam pembahasan ini, bukanlah suatu batasan, melainkan suatu cara melihat dan ringkasan permasalahan yang harus dikembangkan.
2. Asal Mula Teknik Film Animasi
Keinginan manusia untuk membuat gambar atau santiran (image) yang hidupdan bergerak sebagai pantara dari pengungkapan (expression) mereka,merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti menghidupkan (Wojowasito 1997). Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati; Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup. Sebenarnya, sejak jaman dulu, manusia telah mencoba meng animasi gerakgambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakaladi gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih; Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng, bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk (Hallas and Manvell 1973:23). Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi (Thomas 1958:8) Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian(794-1192) (ensiklopedi Americana volume 19, 1976). Kemudian muncul mainan yangdisebut Thaumatrope sekitar abad ke 19 di Eropa, berupa lembaran cakram karton tebal, bergambar burung dalam sangkar, yang kedua sisi kirikanannya diikat seutas tali, bila dipilin dengan tangan akan memberikan santir gambar burung itu bergerak (Laybourne 1978:18). Hingga di tahun 1880-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi ayng disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop (Laybourne 1978:23). Kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini,dianggapsebagai pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi(Ensiklopedi AmericanavoLV1,1976:740)
Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesat-nya di
akhir abad ke 19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis
membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api.
Rangkaian gambar-gambar blabar hitam(black-line) dibuat di atas
lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat
figur menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan di Amerika Serikat Winsor McCay (lihat gambar disamping)
membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur
digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an; Max Fleischer mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, dimana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu denganlatar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuatrumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan.
Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919
mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di
tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu. Gambar berikut adalah tokoh
“Gertie The Dinosaurs”, dan “Felix the Cat”
George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasipendeknya, pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexsander Ptushko dari Rusia membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun 1935.
Di tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada
film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui
film”Colour of Box”. Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting,
yaitu di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara
yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui
film”Mickey Mouse”, “Donald Duck” dan ” Silly Symphony” yang dibuat
selama tahun 1928 sampai 1940.
Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat Disney pada tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus
berkembang dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di eropa, di Amerika dan merembet sampai negaranegara di Asia.
Terutama di Jepang, film kartun berkembang cukup pesat di sana, hingga
pada dekade tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun di sini
dengan ciri dan gayanya yang khas.
Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesat-nya di
akhir abad ke 19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis
membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api.
Rangkaian gambar-gambar blabar hitam(black-line) dibuat di atas
lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat
figur menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan di Amerika Serikat Winsor McCay (lihat gambar disamping)
membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur
digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an; Max Fleischer mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, dimana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu denganlatar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuatrumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan.
Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919
mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di
tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu. Gambar berikut adalah tokoh
“Gertie The Dinosaurs”, dan “Felix the Cat”
George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasipendeknya, pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexsander Ptushko dari Rusia membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun 1935.
Di tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada
film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui
film”Colour of Box”. Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting,
yaitu di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara
yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui
film”Mickey Mouse”, “Donald Duck” dan ” Silly Symphony” yang dibuat
selama tahun 1928 sampai 1940.
Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat Disney pada tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus
berkembang dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di eropa, di Amerika dan merembet sampai negaranegara di Asia.
Terutama di Jepang, film kartun berkembang cukup pesat di sana, hingga
pada dekade tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun di sini
dengan ciri dan gayanya yang khas.
3. Sikap Asas Film Animasi
Film animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada
dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film
berasal dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat
kita lihat pada kamus umum Bahasa Indonesia:
“1 barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar
potret negative (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop);
2 lakon (cerita) gambar hidup;” (Poerwadarminfa 1984)
Secara mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru
dapat diartikan kalau dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk
potret negatif atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu
lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat
hasilnya; atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon, film
mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur dasar cahaya, suara dan waktu.
Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada
ensiklopedi “Americana”:
“Animated, a motion picture consisting of series of invidual hand-drawn
sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied
slightly from one sketch to another. Generally, the series is film and,
when projected on screen, suggest that figures are moving”
(Encyclopedia Americana vol. V1,1976).
Teknik film animasi, sperti halnya film hidup, dimungkinkan adanya
perhitungan keceaptan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24
gambar tiap detiknya.
Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang
terlihat adalah gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan
kecil dari satu gambar ke gambar yang lain, adanaya suatu fenomena yang terjadi pada waktu kita melihat, disebut Persistence of Vision,
sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita.
Berbeda dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang
bergerak, lalu dianalisis satu persatu menjadi beberapa gambar diam
pada tiap bingkai pita seluloid.
Sedangkan film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis
gambar per gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu
direkam gambar demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame, kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat penggerak pita seluloid bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekam gambar, gerak ke pita seluloid.
4. Beberapa Jenis Teknik Film Animasi
Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara
umum jenis teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film
animasi dwi-matra (flat animation) dan film animasi tri matra(object
animation).
Film animasi Dwi-matra (flat animation)
Jenis film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat
digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar,
sebab hamper semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar
atau papar.
Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah:
a. Film animasi sel(Cel Technique)
Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun
(cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambaryang dibuat di atas lembaran plastic tembus pandang, disebut sel. Figur animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahangambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar belakang (background), dibuat untuk tiap adegan, digambar memanjang lebih besar daripada lembaran sel.
Lembaran sel dan latar diberi lobang pada salah satu sisinya, untuk
dudukan standar page pada meja animator sewaktu di gambar, dan meja
dudukan sewaktu dipotret.
b. Penggambaran langsung pada film
Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini
menggunakan teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik positif atau negative, tanpa melalui runtun pemotretan
kamera stop frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat
pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.
Film Animasi Tri-matra (Object Animation)
Secara keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik
runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra, bedanya
obyek animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan
memperhitungkan karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai,
waktu, cahaya dan ruang.
Untuk mengerakkan benda tri-matra, walaupun itu mungkin, tapi cukup
sulit untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai
ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis., film animasi gambar,
bebas melakukanberbagai gerakan yang diinginkan.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film
animasi ini adalah :
a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)
Obyek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka
dan figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentuk (plastik) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai perbingkai, seperti bahan kayu yang mudah ditatah atau diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan
karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.
b. Film Animasi Model
Obyek animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macam macam bentuk
animasi ayng bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk
abstark; balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan
lain-lain. Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran
sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi.
Bentuk obyek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit
dan tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari
kayu, plastic keras dan bahan keras lainnya yang sesuai denga sifat
karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentuk tidak
dipakai.
Disebut juga film animasi non-figur, karena keseluruhan cerita tidak
membutuhkan tokoh atau figure lainnya. Jenis film Teknik yang
memanfaatkan lembaran sel merupakan suatu pertimbangan penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan; dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja.
c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)
Jenis film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan
mudah. Figur atau obyek animasi dirancang, digambar pada lembaran
kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan
diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya.
Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan
tangan, sesuai denagn tuntutan cerita.
Dengan teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi
terbatas sehingga karakternyapun terbatas pula. Karakter figur dibuat
terpisah, biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda; kepala,
leher, badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan
menghidupkan karakter, pemisahan itu bias disesuaikan dengan tuntutan
cerita, bisa dibuat kurang dari bagian tadi atau lebih.
d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)
Seperti halnya pertunjukan wayang kulit, jenis film animasi ini
menggunakan cara yang hampir sama, figur atau obyek animasi berupa
bayangan dengan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya
berada di belakang layer.
Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur
digambar lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan
diletakkan pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di
sini, kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas
berwarna atau diberi warna sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film
animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap
atau warna hitam, baik itu figur atau obyek animasi lainnya.
e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)
Yang selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah
teknik yang bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan obyek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan mudah dengan beberapa bahan yang bisa dipakai; potongan Koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsur angsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas.
Perkembangan suatu perusahaan, diagram suatu jaringan dalam tubuh
organisme, pembuatan credit title dalam sebuah film cerita dan lain
sebagainya.
Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara
umum jenis teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film
animasi dwi-matra (flat animation) dan film animasi tri matra(object
animation).
Film animasi Dwi-matra (flat animation)
Jenis film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat
digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar,
sebab hamper semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar
atau papar.
Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah:
a. Film animasi sel(Cel Technique)
Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun
(cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambaryang dibuat di atas lembaran plastic tembus pandang, disebut sel. Figur animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahangambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar belakang (background), dibuat untuk tiap adegan, digambar memanjang lebih besar daripada lembaran sel.
Lembaran sel dan latar diberi lobang pada salah satu sisinya, untuk
dudukan standar page pada meja animator sewaktu di gambar, dan meja
dudukan sewaktu dipotret.
b. Penggambaran langsung pada film
Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini
menggunakan teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik positif atau negative, tanpa melalui runtun pemotretan
kamera stop frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat
pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.
Film Animasi Tri-matra (Object Animation)
Secara keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik
runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra, bedanya
obyek animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan
memperhitungkan karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai,
waktu, cahaya dan ruang.
Untuk mengerakkan benda tri-matra, walaupun itu mungkin, tapi cukup
sulit untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai
ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis., film animasi gambar,
bebas melakukanberbagai gerakan yang diinginkan.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film
animasi ini adalah :
a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)
Obyek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka
dan figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentuk (plastik) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai perbingkai, seperti bahan kayu yang mudah ditatah atau diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan
karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.
b. Film Animasi Model
Obyek animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macam macam bentuk
animasi ayng bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk
abstark; balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan
lain-lain. Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran
sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi.
Bentuk obyek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit
dan tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari
kayu, plastic keras dan bahan keras lainnya yang sesuai denga sifat
karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentuk tidak
dipakai.
Disebut juga film animasi non-figur, karena keseluruhan cerita tidak
membutuhkan tokoh atau figure lainnya. Jenis film Teknik yang
memanfaatkan lembaran sel merupakan suatu pertimbangan penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan; dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja.
c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)
Jenis film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan
mudah. Figur atau obyek animasi dirancang, digambar pada lembaran
kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan
diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya.
Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan
tangan, sesuai denagn tuntutan cerita.
Dengan teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi
terbatas sehingga karakternyapun terbatas pula. Karakter figur dibuat
terpisah, biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda; kepala,
leher, badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan
menghidupkan karakter, pemisahan itu bias disesuaikan dengan tuntutan
cerita, bisa dibuat kurang dari bagian tadi atau lebih.
d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)
Seperti halnya pertunjukan wayang kulit, jenis film animasi ini
menggunakan cara yang hampir sama, figur atau obyek animasi berupa
bayangan dengan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya
berada di belakang layer.
Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur
digambar lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan
diletakkan pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di
sini, kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas
berwarna atau diberi warna sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film
animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap
atau warna hitam, baik itu figur atau obyek animasi lainnya.
e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)
Yang selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah
teknik yang bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan obyek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan mudah dengan beberapa bahan yang bisa dipakai; potongan Koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsur angsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas.
Perkembangan suatu perusahaan, diagram suatu jaringan dalam tubuh
organisme, pembuatan credit title dalam sebuah film cerita dan lain
sebagainya.
5. Penggunaan Film Animasi
Penggunaan film animasi sebagai suatu bentuk pantara rupa rungu (audio
visual medium), cukup berperan penting dalam menyebarkan pesan atau
gagasan yang ingin disampaikan ke masyarakat luas. Film animasi dipakai
pada:
1. Televisi komersial; Film animasi digunakan dengan tujuan komersial,
seperti film Wan pada televise, sebagai sisipan di antara acara-acara
program televise, berupa pesan-pesan pendek kepada pirsawan dan sebagai film hiburan.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita
pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film
propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4. Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat
(public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film
propaganda atau film Man pengenalan produk.
Penggunaan film animasi sebagai suatu bentuk pantara rupa rungu (audio
visual medium), cukup berperan penting dalam menyebarkan pesan atau
gagasan yang ingin disampaikan ke masyarakat luas. Film animasi dipakai
pada:
1. Televisi komersial; Film animasi digunakan dengan tujuan komersial,
seperti film Wan pada televise, sebagai sisipan di antara acara-acara
program televise, berupa pesan-pesan pendek kepada pirsawan dan sebagai film hiburan.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita
pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film
propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4. Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat
(public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film
propaganda atau film Man pengenalan produk.
6. Jenis-jenis Animasi
Animasi yang dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah
berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu:
Animasi 2D, Animasi 3D, Animasi tanah Hat (Clay Animation), Animasi
Jepang (Anime).
a. Animasi 2D (2 Dimensi)
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga
disebut dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon,
yang artinya gambar yang lucu. Memang, film kartun itu kebanyakan film
yang lucu. Contohnya banyak sekali, baik yang di TV maupun di Bioskop.
Misalnya: Looney Tunes, Pink Panther, Tom and Jerry, Scooby Doo,
Doraemon, Mulan, Lion King, Brother Bear, Spirit, dan banyak lagi.
Meski yang populer kebanyakan film Disney, namun bukan Walt Disney
sebagai bapak animasi kartun. Contoh lainnya adalah Felix The Cat, si
kucing hitam. Umur si kucing itu sudah lumayan tua, dia diciptakan oleh
Otto Messmer pada tahun 1919. Namun sayang, karena distribusi yang
kurang baik, jadi kita sukar untuk menemukan film-filmnya. Bandingkan
dengan Walt Disney yang sampai sekarang masih ada misalnya Snow White and The Seven Dwarfs (1937) dan Pinocchio (1940).
b. Animasi 3D (3 Dimensi)
Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney (Pixar Studio), maka berlomba lombalah studio film dunia memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story 2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
c. Animasi Tanah Liat (Clay Animation)
Kata orang, meskipun sekarang sudah jamannya Pizza dan Bistik, namun
terkadang kita juga masih kangen dengan masakan tradisional seperti
sayur asem. Ungkapan tersebut cocok buat animasi Clay Animation.
Jenis ini yang paling jarang kita dengar dan temukan diantara jenis
lainnya. Padahal teknik animasi ini bukan termasuk teknik baru seperti
pada saat Toy Story membuka era baru animasi 3D. Bahkan, boleh dibilang nenek moyangnya animasi. Karena animasi pertama dalam bentuk
CIayAnimation. Meski namanya clay (tanah liat), yang dipakai bukanlah
tanah liat biasa. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti
permen karet yang ditemukan pada tahun 1897. Tokoh-tokoh dalam animasi Clay dibuat dengan memakai rangka khusus untuk kerangka tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasficine sesuai bentuk tokoh yang ingin dibuat. Bagian-bagian tubuh kerangka ini, seperti kepala, tangan, kaki, disa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap, lalu difoto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut lalu digabung menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi Clay termasuk salah satu jenis dari Stop-motion picture. Film Animasi Clay Pertama dirilis bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit Nightmare. Untuk beberapa waktu yang lalu juga, beredar film clay yang berjudul Chicken Run.
d. Animasi Jepang (Anime)
Film-film yang dibahas diatas adalah kebanyakan buatan Amerika dan
Eropa. Namun, Jepang pun tak kalah soal animasi. Jepang sudah banyak
memproduksi anime (sebutan untuk animasi Jepang). Berbeda dengan
animasi Amerika, anime Jepang tidak semua diperuntukkan untuk
anak-anak, bahkan ada yang khusus dewasa.
Bicara tentang anime, ada tokoh legendaris, yaitu Dr. Osamu Tezuka.
Beliau menciptakan Tetsuwan Atom atau lebih dikenal dengan Astro Boy.
Seperti film animasi Amerika atau Eropa, Anime juga terdiri dari
beberapa jenis, tapi yang membedakan bukan cara pembuatannya, melainkan formatnya, yaitu serial televisi, OVA, dan film bioskop.
7. Software Pembuat Animasi
Di pasaran sekarang ini sudah banyak beredar softwarwe pembuat animasi, baik itu 2D atau 3D. Untuk lebih jelasnya perhatikan daftar dibawah ini yang disusun berdasarkan kriterianya. Software Animasi 2 Dimensi:
Macromedia Flash, CoRETAS, Corel R.A.V.E., After Effects, Moho,
CreaToon, ToonBoom, Autodesk Animaton (1990-an) dll
Software Animasi 3 Dimensi:
Maya, 3D Studio Max, Maxon Cinema 4 D, LightWave, Softlmage, Poser,
Motion Builder, Hash Animation Master, Wings 3D, Carrara, Infini-D,
Canoma dll
Di pasaran sekarang ini sudah banyak beredar softwarwe pembuat animasi, baik itu 2D atau 3D. Untuk lebih jelasnya perhatikan daftar dibawah ini yang disusun berdasarkan kriterianya. Software Animasi 2 Dimensi:
Macromedia Flash, CoRETAS, Corel R.A.V.E., After Effects, Moho,
CreaToon, ToonBoom, Autodesk Animaton (1990-an) dll
Software Animasi 3 Dimensi:
Maya, 3D Studio Max, Maxon Cinema 4 D, LightWave, Softlmage, Poser,
Motion Builder, Hash Animation Master, Wings 3D, Carrara, Infini-D,
Canoma dll
8. Perkembangan Animasi Di Indonesia
Bagaimana dengan perkembangan Animasi di Indonesia sendiri? Pada tahun 1980-an, ada film animasi produk Indonesia yang jadi serial Televisi
yaitu si Huma yang menjadi favorit anak-anak pada masa itu. Tahun 2004, merupakan sejarah bagi per-Animasian Indonesia dengan dibuatnya film cerita panjang animasi 3D pertama oleh Studio KasatMata Jogja bekerja sama dengan Kelompok Visi Anak Bangsa Pimp. Garin Nugroho, membuat film animasi 3D “Homeland” dengan sutradara Gangsar Waskito.
Bagaimana dengan perkembangan Animasi di Indonesia sendiri? Pada tahun 1980-an, ada film animasi produk Indonesia yang jadi serial Televisi
yaitu si Huma yang menjadi favorit anak-anak pada masa itu. Tahun 2004, merupakan sejarah bagi per-Animasian Indonesia dengan dibuatnya film cerita panjang animasi 3D pertama oleh Studio KasatMata Jogja bekerja sama dengan Kelompok Visi Anak Bangsa Pimp. Garin Nugroho, membuat film animasi 3D “Homeland” dengan sutradara Gangsar Waskito.